Sumber gambar : http://wahw33d[dot]blogspot[dot]com |
Kejadian yang ingin saya ceritakan ini adalah ketika aku liburan
ujian akhir semester SMK kelas II saya ikut nelayan perahu mini yang bekerja
dilaut minimal tiga hari dan maksimal hampir satu bulan kalau penagkapan ikan
banyak, waktu itu saya membawa uang lima belas ribu untuk beli jajan bekal
dilaut namun sampai tiga hari ternyata tidak banyak ikan yang kami dapatkan
akhirnya karena baru pertama kali aku tidak kuat dan meminta untuk pulang oleh
pengemudinya, perahu pun berhenti di TPI (tempat pelelangan ikan) di kabupaten
Batang Jawa Tengah karena penamgkapan ikan sedikit jadi saya hanya mendapatkan
uang sepuluh ribu rupiah sungguh pekerjaan yang tak sebanding dengan bekalnya
tapi saya sangat bersyukur mendapatkan uang segitu dari pada tidak sama sekali
yah itung-itung untuk bekal pulang dari batang sampai kerumah.
Kejadianya waktu itu malam hari kira-kira jam 12 malam saya
bersama tiga temen saya yang satu gendut dan yang satunya biasa badanya seperti
saya tidak gemuk juga tidak kurus mencari tukang becak di dekat TPI batang
untuk mengantar ke jalan raya, setelah berjalan kesana kemarai sampai satu jam
tidak saya temukan sosok tukang becak yang saya cari, dan setelah berjalan
cukup panjang akhirnya saya menemukan tukang becak di pinggir jalan yang sedang
tidur sambil berselimut sarung mukanya ditutupi topi, sungguh senang perasaan
kami akhirnya capeknya kita bertiga bisa terobati.
Kami bertiga mencoba membangunkan tukang becak yang lagi tidur
itu, "pak bangun pak, bangun antarkan saya ke alun-alun batang" pinta
sigendut namun si tukang becak itu ternyata sedang tidur pulas sekali hingga
kami bangunin tidak bangun malah ngoroknya makin keras, akhirnya saya mencoba
membangunkannya dengan cara menggoyang-goyang becaknya "pak bangun pak
bangun ada gempa" si tukang becak itu kaget dan langsung keluar dari becak
dikira ada gempa sungguhan "wooooe ono opo iki!!!!!!!!!!" dan dengan
bersamaan kami bertiga ditambah tukang becak pun sama-sama KAGET!!!
sampai-sampai saking takutnya sigendut mau kabur begitu saja.
Setelah saya menjelaskan maksud tujuan kami akhirnya situkang
becak mengerti dan mau mengantar kita sampai ke alun-alun namun yang sulit
adalah tawar-menawar harga jasa naik becaknya bayangkan saya dan tukang becak
tawar menawar hampir seperempat jam dari harga dua puluh ribu sampai lima ribu rupiah, belum tau kalau saya punya ajian memelas ha ha ha ha.
Tawar menawar selesai dan kami bertiga pun menaiki becak yang
dikemudikan oleh pak jarwo (nama
samaran) yang umurnya
kira-kira enampuluh tahun itu, lima ratus meter berjalan ternyata ada yang aneh
dengan pak jarwo ini setiap kali dia menggenjot becaknya dia seperti kesakitan
dan sedikit merintih serta mulutnya bersuara "aoo!!" genjot lagi dia
bersuara "aooo!!" genjot "aooo!!" sampai hampir satu kilo
meter setiap genjotan dia bersuara "ao!!!" kami sempat menanyakan
pada pak jarwo "ono opo pak" dia jawab "rak opo-opo kok le"
akhirnya kami tenang namun hampir dua kilo meter dia masih bersuara
"aoo!!!" disetiap genjotan becaknya, padahal perjalanan masih tiga
kilo meter lagi.
Perjalananpun berlanjut hingga ada sebuah tanjakan yang tidak
terlalu tinggi namun juga sangat menguras tenaga bagi pak jarwo yang sudah setua
itu, mengawali tanjakan, genjotan pak jarwo semakin kuat dan semakin berat
karena becak yang seharusnya ditumpangi maksimal dua orang dan sekarang
ditumpangi tiga orang, dan beda dengan genjotan pada jalan datar yang hanya
merintih “aoo!!” di awal tanjakan ini rintihan pak jarwo juga semakin kuat “aaaooooo!!!!”
sambil memejamkan matanya serta otot tanganya kelihatan kalau dia menahan beben
berat.
Tiba di tengah tanjakan itu tiba-tiba pak jarwo menjerit namun
dengan nada yang sama “AAAAAAAAAAOOOOOOOOOOOOOOO!!!!!!!!!” tanjakan menurun
hingga tanpa digenjot becaknya jalan sendiri naum ini beda meskipun tidak menggenjot
becak, pak jarwo tetap menjerit kesakitan “Aoooooooaaooooo!!” “Aooooo!!!” “Aooooo!!!”
“Aooooo!!!” “Aooooo!!!” “Aooooo!!!” “Aooooo!!!” hingga berhenti di sebuah jalan
datar dan pak jarwo turun dari becak dan tergeletak tengkurep di pinggiran
jalan di bawah lampu jalan sambil merintih kesakitan, kami bertiga kaget dan
takut bukan kepalang sungguh sangat takut dan bertanya tanya kenapa pak jarwo
ini, dan tiba-tiba celananya berlumuran darah darahnya sangat banyak sigendut
sampai gemetaran melihat darah maklum dia sangat takut dengan darah, terus saya
bertanya tanya “kenapa pak !!!” berulang ulang namun dia hanya merintih
kesakitan kami mau gotong ke becak tapi dia tidak mau ingin istirahat sebentar
katanya, setelah lama menunggu dengan cemas alasan kenapa menjerit dan
tiba-tiba berdarah lalu pak jarwo bilang dengan kata terbata-bata “le wudunku
mecah” ternyata eh ternyata di bokong pak jarwo ternyata menyimpan wudun atau
udun (bisul) yang sangat besar dia menyimpanya sudah tiga bulan lamanya dan di puncak
tanjakan kecil tadi bisulnya pecah mengeluarkan mata dan lahar berwarna merah.
Setelah istirahat kami pun melanjutkan perjalanan namun karena kami
tidak tega melihat pak jarwo kesakitan akhirnya kami yang mengemudikan becak
itu sampai tujuan tiga kilo lebih kami bergantian menjadi pengemudi dan pak
jarwo duduk di depan bersama kedua temen saya dan gantian.
Click here for komentar
nice artikelnya gan...
BalasHahahahahah, kirain kena apa. Sip, makasih ceritanya.
Balas