Aku adalah seorang yang keras kemauannya, karena aku kecil bukanlah siapa - siapa, dicaci dan dimaki itu adalah keseharianku ketika aku kecil, itulah aku anak dari seorang tkw dan buruh yang ditinggal kedua orang tua merantau.
Aku kecil hidup bersama nenek renta berhati suci, rendah hati dan selalu mengalah dalam hal apapun, dalam bahasa jawa ( kabeh porah seng penting dewe ora nglakoni salah lan nglakoni seng bener minurut agomo ), mereka mau apapun biarkan saja yang penting kita tidak salah dan selalu melakukan hal yang benar menurut agama. Mungkin kata-kata itu yang mengantarkan aku sampai kesini, aku tak mau karena pendidikan aku direndahkan seperti dulu.
Kini aku masih kuliah meskipun sambil kerja, D3 telah aku tamatkan dari perguruan tinggi disemarang, kini aku sudah bekerja diperguruan tinggi terkenal disemarang sambil melanjutkan S1, beasiswa D3 mengantarkan aku sampai ke S1 sekarang ini, dan sudah hampir 7 tahun BCA selalu melegakan saat saat yang paling menghawatirkan, karena kemudahan dalam bertransaksinya membuatku lebih mudah dalam menjalankan aktifitasku seperti membayar kuliah dll serta uang yang ibuk sudah siapkan untukku dulu ketika masih kuliah D3.
Didalam keluargaku pendidikan tidaklah begitu penting ( menerut mereka ) sampai aku masih selalu teringat kata-kata ayah yang begitu menyakitkan hatiku " sekolah ora usah duwur duwur paling ora pak dadi guru wae kok " " ngaji ora usah pinter pinter seng penting iso ndongakke wong tuo " artinya ( sekolah tidak usah tinggi-tinggi paling - paling juga tidak jadi guru ... mengaji ndak usah pinter-pinter yang penting bisa mendoakan orang tua ) kata-kata itulah yang sampai saat ini selalu aku ingat dan mungkin kata-kata itu yang akan aku buktikan suatu saat nanti ketika aku sudah berhasil.
Namun setelah aku sadari dan berfikir mengenai kata kata itu ternyata ada benarnya juga buat apa sekolah tinggi - tinggi sedangkan Guru itu kan pasti pendidkannya tinggi intinya kalau ingin menjadi guru ya pendidikannya harus tinggi selanjutnya mengaji kalau tidak pinter ngaji mana mungkin bisa mendoakan orang tua, malahan sekarang banyak kan orang yang pinter ngaji tapi malah dikomersilkan dan tidak bisa mendoakan orang tua.
Itulah kata ayah tentang pendidikan, namun tidak untuk anakku kelak, sekarang aku berusaha sekuat tenaga ibarat banting tulang siang dan malam hanya untuk rencana pendidikan anaku kelak, aku tidak ingin pendidikan tinggi yang aku idamkan nanti hilang oleh anakku.
Aku selalu bersyukur kepada Allah atas semuanya sehingga aku telah sampai disini.
Click here for komentar
Terharu bacanya :(
BalasTetap SEMANGAT KAWAN!!!
^^
Iya sama-sama kawan ..... Semoga apa yang kamu cita-citakan juga bisa tercapa dengan cepat....
BalasYa iya lah .... kalau gag pinter ya gak usah jadi guru ..... he he he e
Balasnice story.. wish u luck bro
Balas@Ahmad Roqib :: Aaaamiiinnn.... :)
Balas@jantix_1215 : Makasih ya tik ..? terus semangat pantang menyerah .....
Balassengsara membawa nikmat le.. tetap smngat jangan menyerah. God Luck
Balasjangan menyerah.. pokoke nek wis wani rak sah wedi wedi, nek wedi rak sah wani wani.. ayo kmu bisa!
Balas( Anonim says:
BalasSenin, 14 Mei 2012 11:20:00 WIB
sengsara membawa nikmat le.. tetap smngat jangan menyerah. God Luck )
Siap ....!!!!!
kundri says:
BalasSenin, 14 Mei 2012 11:25:00 WIB
jangan menyerah.. pokoke nek wis wani rak sah wedi wedi, nek wedi rak sah wani wani.. ayo kmu bisa!
Ayooooo aku pasti bisa ....
sip
Balas