Sumber foto: http://adinugroho5.blogspot.com |
Tentu dari semua moment
itu ada hikmah yang kini kita bisa petik namun selain hikmah dalam
moment-moment itu ternyata banyak kesan dan banyak kisah yang sangat layak
untuk kita bincangkan kembali bersama orang-orang yang berperan didalamnya
siapa lagi kalau bukan sahabat kita.
Sebuah kisah yang menurut
mereka orang yang pernah mendengarkan cerita langsung dari mulutku yang ndower
ini katanya sih lucu, dan bikin kepingkal-pingkal kalau penyajiannya diwaktu
yang tepat.
Ceritanya begini:
Hal yang paling berkesan
waktu kecil tentu saja waktu bermain bersama sahabat-sahabatku lima orang
menjadi bocah petualang memancing, bermain ban motor, petasan ketika bulan
puasa, dan yang terakhir mandi di "kedung" sungai kecil buatan Pak
"Lebe" [kaur keagamaan] maklum jaman dulu didesa kami belum ada kolam
renang itupun sampai sekarang, adanya “kedung” sungai kecil yang dibendung
berukuran lima meter untuk kedalamannya sekitar setengah meter yang dibuat oleh
bapak lebe yang tujuanya untuk pengairan sawah. Kami bermain-main mandi di
kedung itu, bercanda tertawa riang begitu gembira kami saat itu.
Belum lama kami bermain
ada sesosok orang tua memakai celana komprang celana pendek yang tertempel saku
saku banyak, memakai topi khas “blantik” (makelar sapi dan kambing)topi
berbentuk koboy serta memakai baju kuning bergambarkan pohon beringin dan
bertuliskan golkar dengan font Tims New Roman bold berukuran 100, baju itu
sudah lusuh dan kayaknya baju itu adalah pemberian partai golkar tahun 82 baju
kedinasan ketika mencari rumput dan mencangkul disawah tak kalah ketinggalan
sabit besar ditangan kanannya.
Sepintas kami tidak
melihat keberadaanya karena kami asik dengan canda tawa kami bermain air, namun
dari kelima sahabatku itu ada yang berdiri ketakutan menatap sosok orang tua
itu “nyileeeeem” seruan minanurohman sahabatku akhirnya kami berlima
menenggelamkan badan kami ke kedung yang airnya sudah mulai coklat itu, tidak
sampai lima menit kamipun tidak kuat dengan pernapasan kami. Kabuuuuuuur
akhirnya kami pun lari terbirit birit telanjang bulat menuju sebuah hutan, tapi
untungnya orang terakhir dari kami yang lari membawakan pakaian kami meskipun
pakaiannya sendiri tidak dibawa orang terakhir itu adalah AKU. Orang tua itu
adalah bapak lebe kawan. Kami takut bukan kepalang seperti orang mendengar
suara terompet atau tabuhan bedug ketika mau berperang.
Click here for komentar
kunjungan perdana gan...
BalasDitunggu knbal n folownya gan... :D
makasih dah berkunjung gan ..... follow dulu donk
Balassudah ane folow gan...
BalasOke gan ... aen TKP
Balas