|
Ilustrasi Gambar dari Google |
Masroqib.blogspot.com || Selamat malam Bapak/Ibu sahabat dimanapun berada, lama banget tidak nulis di blog ini kangen banget rasanya pengen menyapa pembaca yang nungguin tulisan saya, nunggu sampai jenggotnya panjang gitu, nunggu dibawah pohon sambil memangku tangan lamaaa banget tidak keluar satupun diskroool terus postingannya dan tidak datang juga tulisan barunya, hingga malam ini tepatnya Jum'at 25 Desember 2015 bisa nulis lagi, saya membayangkan pasti senang sekali ya yang sudah nunggu dibawah pohon gitu yang sekarang sudah pindah di atas pohon berbaju putiih gitu sambil tertawa hiiiii hiiiiii hiiii hiiii perkosa aku maaaaaas wakakakakakkakak.
Kok jadi ngelantur gitu yah ha ha ha oke kita kembali ke persoalan, duh persoalanya apa ya? Jadi lupa gara-gara mbak kunti.
Dah sekarang kita kembali ke judul aja ya, banyak orang jawa yang kehilangan jawanya, (wueijian ceritanya sok bijak ni) begitu juga dengan suku-suku yang lain di Indonesia mungkin juga termasuk saya pribadi hihihihi :p yah memang begitu padahal Indonesia ini seperti gado-gado yang disitu ada tahu, lombok, kacang, gula, dkk. Indonesia juga sama ada jawa, ada dayak, ada madura, dan banyak banget dah pokoknya. Kalau gulanya sudah tidak manis lagi atau kalau kacangnya gosong kan gado-gadonya jadi tidak enak kan, sama juga dengan Indonesia kalau jawanya sudah hilang dayaknya juga sudah hilang maka Indonesia sudah hambar rasanya, makanya saya mengajak kepada semua warga Indonesia jangan kehilangan jati dirinya, jawa jangan hilang jawanya dan suku-suku lain juga jangan hilang jatidirinya, jangan mau diperkosa oleh peradaban-peradaban baru dari barat yang tidak sesuai dengan hati jati diri kita, sampai-sampai arti dari "Mikul duwur mendem jero" saja tidak tau bagi orang jawa, atau tau tapi artinya tidak tau, atau mungkin tau tapi tidak pernah dijalankan sehari-hari ya karena pengaruh-pengaruh negatif dari peradaban lain yang sudah membaur itu.
Banyak persepsi dari arti dari judul diatas, ada yang mengartikan ini ada yang mengartikan itu, tapi mungkin dari cerita dibawah ini kita bisa sedikit-demi sedikit mempelajari dan juga menjalankan hikmah yang ada didalam cerita.
Siapkan kacang ya ceritanya begini:
Pada jaman dahulu ada seorang Raja, namanya saya lupa karena dulu waktu ketemu saya sedang terburu-buru, besok kalau ketemu tak nanya deh, tapi saya memanggil raja dengan "Rho" kadang juga "Jo" (Rho jo) suatu saat raja sedang perang dan kemudian telinga raja terpotong oleh pedang musuh saat duel di medan perang. Singkat cerita raja menang dalam pertempuran itu.
Pada suatu ketika raja ingin mengabadikan moment kemenanganya agar bisa diingat saat tua selain menulis sejarah raja ingin dilukis lalu diundanglah 3 pelukis hebat di Negara itu.
Pelukis pertama, melukis dengan sangat bagus raja menjadi tambah tampan, tapi sayang pelukis tadi menambahkan satu telinga raja yang sudah terpotong saat perang, setelah jadi, raja merasa tersinggung dan akhirnya marah, dipenggallah leher sang pelukis karena menyinggung hati raja.
Pelukis kedua, juga sama melukis dengan hebat dan wajah raja tambah tampan akan tetapi dalam lukisanya terlihat jelas jika raja kekurangan satu telinga, akhirnya raja marah karena tersinggung kekuranganya terlihat.
Nah pelukis ketiga ini dia asli jawa menerapkan "mikul duwur mendem jero" dia melukis wajah dari samping hingga tidak menampilkan bagian tubuh raja yang ciri, akhirnya pelukis tadi selamat dan mendapat hadiah dari raja.
Dari cerita diatas semoga kita menerapkan mikul duwur mendem jero terhadap siapapun, keluarga, sahabat, pacar, instansi tempat kerja, dan lain-lain